Perkembangan Tektonik Sulawesi
Perkembangan Tektonik Sulawesi
Banyak model tektonik yang sudah
diajukan untuk menjelaskan evolusi tektonik dari Pulau Sulawesi. Ada dua
peristiwa penting yang terjadi di Sulawesi bagian barat pada masa kenozoikum.
Yang pertama adalah rifting dan pemekaran lantai samudera di Selat Makassar
pada Paleogen yang menciptakan ruang untuk pengendapan material klastik yang
berasal dari Kalirnantan . Yang kedua adalah peristiwa kompresional yang
dimulai sejak miosen. Kompresi ini dipengaruhi oleh tumbukan kontinen di arah
barat dan ofiolit serta fragmen-fragmen busur kepulauan di arah timur.
Fragmen-fragmen ini termasuk mikro-kontinen Buton, Tukang Besi dan Baggai Sula.
Kompresi ini menghasilkan Jalur Lipatan Sulawesi Barat (West Sulawesi Fold
Belt) yang berkembang pada Pliosen Awal. Meskipun ukuran fragmen-fragmen
ini relatif kecil, efek dari koalisinya dipercaya menjadi penyebab terjadinya
peristiwa-peristiwa tektonik di seluruh bagian Sulawesi (Calvert, 2003).
Kapur
Akhir
Selama Kapur Akhir sikuen tebal
sedimen bertipe flysch diendapkan di daerah yang luas di sepanjang
daerah Sulawesi bagian barat. Sedimen ini ditindih oleh kompleks melange di
bagian selatan dan kompleks batuan dasar metamorf di bagian tengah dan utara .
Sedimen umumnya berasosiasi dengan lava dan piroklastik yang mengindikasikan
bahwa batuan ini berasal dari busur kepulauanvulkanik dan diendapkan di daerah
cekung an depan busur (Sukamto & Simandjuntak, 1981). Pada saat yang sama,
daerah sulawesi bagian timur berkembang sebagai cekungan laut dalam, tempat
sedimen pelagic diendapkan sejak zaman Jura di atas batuan dasar
ofiolit. Besar kemungkinan jika cekungan laut dalam Kapur ini dipisahkan oleh
sebuah palung dari daerah Sulawesi Bagian Barat. Palung tersebut kemungkinan
terbentuk akibat subduksi ke arah barat, tempat Melange Wasuponda berakumulasi
(Sukamto & Simandjuntak, 1981). Subduksi ini menyebabkan terjadinya
magmatisme di sepanjang daerah Sulawesi Bagian Barat. Batuan metamorf yang ada
di Sulawesi Bagian Barat diyakini terjadi selama subduksi Kapur ini. Daerah
Banggai-Sula merupakan bagian dari paparan benua sejak Mesozoikum awal, dimana diendapkan
klastik berumur Trias akhir hingga Kapur. Batuan dasar benua terdiri dari
batuan metamorf zaman karbon dan plutonik Permo-Trias.
Paleogen
Perkembangan sedimen bertipe
flysch di Sulawesi bagian barat berhenti di bagian selatan, sementara di bagian
utara masih berlanjut hingga Eosen. Gunungapi aktif setempat selama Paleo sen
di bagian selatan dan selama Eosen di bagian tengah dan utara, pengendapan
batuan karbonat (Formasi Tonasa) terjadi di daerah yang luas di selatan selama
Eosen hingga Miosen yang mengindikasikan bahwa bagian daerah tersebut adalah
paparan yang stabil. Sejak: Paleosen, sulawesi bagian timur mengalami shoaling
dan diendapkan batuankarbonat air-dangkal (Formasi Lerea). Pengendapan
batuan karbonat di daerah ini berlanjut hingga Miosen Awal (Formasi Takaluku).
Di bagian barat Banggai-Sula, sikuen tebal karbonat bersisipan klastik
diendapkan di daerah yang luas. Karbonat ini diendapkan sampai Miosen Tengah
(Sukamto & Simandjuntak, 1981).
Zona subduksi dengan kemiringan
ke barat yang dimulai sejak zaman Kapur menghasilkan vulkanik Tersier Awal di
Daerah Sulawesi Bagian Barat, dan proses shoaling laut di daerah
Sulawesi Bagian Timur, begitu pula di Daerah Banggai-Sula (Sukamto &
Simandjuntak, 1981). Di daerah Selat Makassar terjadi peregangan kerak. Daerah
Selat Makassar bagian utara adalah bagian awal dari failed rift atau aulacogen,
yang terbentuk sebagai bagian selatan dari pusat pemekaran Laut Sulawesi.
Kombinasi guyot, kelurusan gravitasi, fasies seismik, bersama dengan
distribusi aliran panas yang dihasilkan oleh Kacewicz dkk tahun 2002 (dalam
Fraser dkk., 2003), mendukung usulan pola transform/ekstensional untuk
peregangan kerak Eosen Tengah di laut dalam Cekungan Makassar Utara. Titik
paling utara Selat Makassar yang mengalami transform adalah cekungan Muara dan
Berau. Sumbu pemekaran lantai samudera kemudian menyebar ke arah selatan
mendekati Paternosfer Platform sumbunya menyimpang ke arah timur dan kembali ke
arah liaratdaya menuju Selat Makassar selatan. Perluasan yang menerus dan
diikuti pembebanan pada Eosen akhir (menghasilkan peningkatan akomodasi ruang
yang signifikan), kelimpahan material benua berbutir halus diendapkan di daerah
yang luas pada Cekungan Makassar Utara, berlanjut hingga Oligo sen dan Miosen
Awal. Suksesi batulempung tebal yang dihasilkan membentukmedia yang mobile untuk
thinskinned basal detachment di bawah bagian selatan dari Jalur Lipatan
Sulawesi Barat yang mulai ada selama Pliosen awal.
Neogen
Distribusi
produk vulkanik yang luas menunjukkan terjadinya vulkanisme yang kuat selama
Miosen Tengah di Daerah Sulawesi Bagian Barat. Batuan vulkanik yang awalnya
diendapkan lingkungan dasar laut dan kemudian setempat menjadi terestrial pada
Pliosen. Vulkanisme berhenti pada Kuarter Awal di selatan tetapi menerus sampai
sekarang di bagian utara. Magmatisme yang kuat di Daerah Sulawesi Bagian Barat
selama Miosen Tengah berkaitan dengan dengan proses tekanan batuan dalam Daerah
Sulawesi Bagian Timur akibat gerakan benua-mikro Banggai-Sula ke arah barat. Peristiwa
tektonik ini mengangkat dan menganjak hampir keseluruhan material di dalam
Daerah Sulawesi Timur, batuan ofiolit teranjak dan terimbrikasi dengan batuan
yang berasosiasi termasuk melange. Pada bagian lain, ofioit di bagian timur
menyusup ke arah timur ke dalam sedimen Mesozoikum dan Paleogen dari Daerah
BanggaiSula. Selama pengangkatan seluruh daerah Sulawesi yang terjadi sejak
Miosen Tengah, sesar turun (block-faulting) terbentuk di berbagai tempat
membentuk cekungancekungan berbentuk graben. Saat Pliosen, seluruh area
didominasi oleh block faulting dan sesar utama seperti sesar Palu-Koro
tetap aktif. Pergerakan epirogenic setelahnya membentuk morfologi Pulau
Sulawesi yang sekarang. Peristiwatektonik ini menghasilkan cekungan laut
dangkal dan sempit di beberapa tempat dan beberapa cekungan darat terisolasi.
Batuan klastik kasar terendapkan di cekungan-cekungan ini dan mernbentuk Molasse
Sulawesi.
Peristiwa
tektonik Miosen Tengah juga membengkokkan Daerah Sulawesi bagian Barat seperti
bentuk lengkungan yang sekarang dan menyingkap batuan metamorf di bagian leher
pulau. Jaluh Lipatan Sulawesi Barat terletak tepat di sebelah barat Sesar
Palu-Koro, sebuah transform kerak besar dan sinistral, yang pada awalnya
terbentuk saat Eosen oleh pemekaran Laut Sulawesi. Kompresi yang menerus
menghasilkan struktur-struktur berarah barat dari JLSB, sementara material
mikro-kontinen yang awalnya berasal dari Lempeng Australia (Material
Australoid) bergerak ke arah barat selama Miosen bertumbukan dengan JLSB. Pada
Pliosen awal, bagian timur dari batas pre-rift dari Cekungan Makassar Utara
membentuk komponen dasar laut dari JLSB. Mikro-kontinen Australia ini yang
pertama adalah Buton, kemudian diikuti oleh Tukang Besi. Arah vector tumbukan
ini pada awalnya adalah utara-barat laut (dengan perhitungan sekarang),
tumbukan selanjutnya lebih berarah baratlaut. Variasi ini cukup signifikan,
mengingat arah stress yang datang (dari timor dan selatan) mempengaruhi arah displacement
kompresi yang sudah ada di JLSB.
*Source: Buku Struktur Geologi Sulawesi, Amstrong F. Sompotan
Komentar
Posting Komentar